Ini bukan tentang siapa yang dikekang,⁣
Tetapi tentang siapa yang bisa memanfaatkan peluang,⁣

Ini bukan tentang raga yang saling berjarak,⁣
Tetapi tentang silaturahim yang tetap bergerak,⁣

Ini bukan tentang diri yang semakin jenuh,⁣
Tetapi tentang diri yang semakin bertumbuh,⁣

Ini bukan tentang tidur yang semakin pulas,⁣
Tetapi tentang diri yang bisa melawan malas,⁣

Meski kuota kian menipis,⁣
Ilmu tak boleh ikut terkikis,⁣

Meski kegiatan cuma itu-itu,⁣
Tidak lupa membaca buku,⁣

Meski di rumah mati gaya,⁣
Kita tetap bisa berkarya,⁣

Karena ini bukan hanya tentang wabah,⁣
Tetapi tentang siapa yang bisa mengambil hikmah.⁣


Tangerang Selatan, 2020
 

Teruntuk Kamu,

Yang sedang mencari arti bahagia melalui jalan ini,

Sebagian manusia mungkin mengukur kebahagiannya melalui besarnya harta yang ia punya.
Sebagian manusia lagi, mengukur kebahagiannya melalui besarnya nilai yang ia dapatkan saat ujian akhir.
Sebagian lagi, mungkin mengukur kebahagiannya melalui jumlah negara yang telah ia kunjungi hingga saat ini.

Tetapi, ada juga di luar sana yang mengukur kebahagiannya sesederhana, "hari ini aku masih bisa makan,"
Ada juga yang mengukur kebahagiannya dengan, "hari ini aku tidak tidur di depan ruko-ruko lagi"


Dan pada akhirnya semua orang punya versi bahagianya masing-masing

Namun, tahukah kamu ada orang yang tidak mengukur kebahagiannya dengan hal-hal yang terlihat oleh mata, ataupun terukur dengan angka.
Orang-orang ini mengukur kebahagiaan melalui hati,
Baginya, kebahagiaan adalah ketika ia semakin mendekat dengan Tuhannya dan semakin ikhlas mengikuti petunjuk-nya.
Baginya, kebahagiaan adalah jiwa yang senantiasa bersyukur ketika mendapatkan nikmat.
Baginya, kebahagiaan adalah jiwa yang senantiasa bersabar ketika mendapat cobaan.

Baginya, kebahagiaan adalah jiwa yang senantiasa bertaubat ketika melakukan kesalahan.
Itulah bahagianya versi orang-orang beriman..


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Jadi, sudahkah kamu tentukan versi bahagiamu?


Ditulis untuk Reminder TKK Salam UI 23
Tangerang Selatan,
6 Mei 2020

 

Allah itu sesuai prasangka hambanya, bila prasangkamu baik, InsyaAllah, Allah berkali-kali lipat baiknya.

 

               Momentum liburan mungkin menjadi sebuah momentum yang paling ditunggu-tunggu oleh siapapun. Terlebih untuk mahasiswa, sang pengabdi ilmu katanya. Momen liburan kali ini sengaja aku gunakan untuk mengambil Semester Pendek di kampusku. Mulai memasuki tahun terakhir sepertinya aku semakin realistis untuk memenuhi kredit semester agar bisa lulus tepat waktu.

               Mata Kuliah yang aku ambil di Semester Pendek ini dikenal cukup menyeramkan oleh teman-temanku. Namun aku tetap nekat mengambilnya, karena aku menyukai mata kuliah ini. Ternyata setelah menjalani 2x perkuliahan, tugas yang berikan memang benar cukup merepotkan. Aku diberikan tugas untuk menganalisa restoran fastfood dan bangunan tinggi yang salah satunya adalah Hotel. Dosenku sudah memperingatkan dari awal perkuliahan untuk membuat cadangan bangunan yang akan disurvey, karena izin surveynya akan sangat sulit.

Benar. Sulit sekali.

              Aku masih bersyukur bahwa tugas ini dibebankan dalam sebuah kelompok. Jadi aku tidak depresi sendirian memikirkan bagaimana mendapatkan izinnya, haha. Bisa saja sebenarnya dapat izin yang mudah, itu kalau punya orang dalam. Sayangnya, kelompok kami tidak ada yang memiliki orang dalam.

               Singkat cerita akhirnya kelompok kami mencoba menghubungi beberapa pengelola restoran Fastfood  dan Hotel lalu mendatanginya untuk mengajukan izin survey. Yang menjadi prioritas kami saat itu adalah restoran fastfood karena deadlinenya lebih cepat dibandingkan dengan Hotel. Kami pun mendatangi salah satu restoran untuk meminta izin, ternyata prosedur izinnya harus mengirimkan surat elektronik terlebih dahulu ke pusatnya. Keesokan harinya, kami mencoba mengirimkan surat elektronik tersebut dan ternyata alamat surelnya salah. Kemudian keesokannya lagi, kami kembali untuk memberi tahu petugasnya bahwa alamatnya salah. Namun, petugasnya menyarankan kami untuk datang langsung ke Gedung pusatnya yang berada di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

               Jauh sekali, kampus kami di selatan, sedangkan kantornya di utara. Baiklah akhirnya aku dan salah satu temanku memutuskan untuk pergi ke sana dari pagi hari. Kami berangkat pukul 10 pagi dan sampai Kelapa Gading pukul 13.00. Hanya butuh waktu 5 menit berbicara, ternyata permintaan kami ditolak. Sudah jauh-jauh, panas, bolak-balik, dan ... ditolak.

                Akhirnya kami pulang dengan mengantongi penolakan dari pihak restorannya, sedih, kecewa. Mungkin ini salah satu cara Allah menunjukkan betapa sakitnya berharap selain pada-Nya, bergantung selain pada-Nya. berlebih.

                 Kemudian, kami melanjutkan pencarian bangunan yang kali ini adalah Hotel. Di dalam hatiku sudah terbesit sebuah pikiran,  fastfood  aja susah, gimana dengan Hotel. Tetapi aku membuang pemikiran itu jauh-jauh dan mencoba berprasangka baik kepada Allah. Penolakan-penolakan survey itu kami terima kembali dari beberapa Hotel, banyak yang menolak karena permintaan kami bertentangan dengan regulasi Hotelnya. Hampir putus asa saat itu, namun terjadilah sebuah titik balik.

 

                  Salah satu Hotel di kawasan Senayan membalas surat permintaan kami. 

 

 

                  Alhamdulillah, kami sangat bersyukur bahwa survey kami sangat diterima di Hotel ini. Salah satu hotel bintang 5 di kawasan Senayan pula. Allah itu kalau memberikan sesuatu kepada hamba-Nya memang tidak tanggung-tanggung.

 

                  Singkat cerita akhirnya kami sampailah di Hotel tersebut. Kami disambut cukup hangat oleh staff dari Manager Talent and Culture Hotel tersebut. Kami juga diberikan minum (ini pertama kalinya aku mengajukan survey, diberikan minum pula). Kami pun dipertemukan dengan  Chief Engineer  Hotel tersebut, namanya Pak Adi. Kami belajar banyak dengan Pak Adi, bertanya banyak hal mengenai Utilitas Bangunan. Dan yang paling membuat kami kaget adalah beliau ini ternyata Ketua Umum ASATHI (Asosiasi Ahli Teknik Hotel Seluruh Indonesia).

 

                   Ya Allah ... ingin menangis rasanya, betapa romatisnya Engkau mempertemukan kami dengan orang yang tepat di bidangnya yang sangat sesuai dengan mata kuliah yang kami ambil saat itu. Saat berpamitan pulang, kami diberikan oleh-oleh berupa majalah konstruksi oleh Pak Adi. Beliau berpesan agar kami sebagai calon Arsitek masa depan harus terus banyak belajar mengenai Utilitas Bangunan yang sering dilupakan oleh Arsitek. Kami juga meminta untuk mengcopy gambar kerja Hotel, dan Pak Adi dengan senang hati mengirimkan file-file melalui surat elektronik kepada kami. Beberapa file yang tidak digital, difotocopy gratis untuk kami bawa pulang ke Depok.

 

                    Ya Allah sungguh pengalaman luar biasa yang tidak dapat terlupakan oleh kami, betapa Maha Baiknya Engkau memberi kami yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan apa yang kami minta.

 

                    Jika dirangkum, kunci dari semua ini adalah yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Maha Baik.Banyak berprasangka baik kepada Allah sebagaimana di dalam sebuah hadits dikatakan:

 

Hadits # 1435

وعن أبي هريرة - رضي الله عنه -: أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -, قال: ((يقول الله تعالى: أنا عند ظن عبدي بي, وأنا معه إذا ذكرني, فإن ذكرني في نفسه, ذكرته في نفسي, وإن ذكرني في مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ)) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah  radhiyallahu 'anhu , ia berkata bahwa Nabi  shallallahu' alaihi wa sallam  bersabda, “ Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat) . ”( Muttafaqun 'alaih ) (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim 2675]

 

                      Jangan ragu untuk berdoa, jangan ragu untuk meminta kepada kepada Allah Yang Maha Memiliki Segala-galanya, karena tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya.

Ditulis di Depok

13 Oktober 2019


Referensi:
https://rumaysho.com/17041-aku-sesuai-persangkaan-hamba-ku -hingga-balasan-mengingat-allah.html

 

Masih dari kelanjutan cerita migrain beberapa minggu lalu.

Qadarullah, setelah migrainku sembuh, aku terkena demam tinggi dan radang.Tubuhku semakin hari semakin melemah rasanya.

 

Tepat di hari Selasa, aku akhirnya memutuskan untuk berobat.Di kampusku sebetulnya jika ingin berobat sangat mudah dan gratis, karena disediakan klinik khusus mahasiswa yang ingin berobat ketika sakit. klinik harus tutup dan tidak melayani pasien karena ada cek kesehatan bagi mahasiswa baru.

 

Namun aku teringat satu fasilitas baru yang belum pernah kucoba sebelumnya.Akhirnya, aku memutuskan untuk berobat di Rumah Sakit kampus. Awalnya aku diperiksa oleh perawat yang bertugas, Namanya Mba Ana, dia baik sekali.Aku ditanya tinggal dimana, ngekos dimana, sekarang semester berapa dll. suhu tubuh, dengan menggunakan thermometer badan, menunjukkan angka 38.2 derajat, demam, ujarnya.Aku disuruh menunggu giliran dipaggil oleh dokternya sembari makan roti dan minum air yang ku bawa dari kosan.

 

Disela-sela menunggu itu aku berpikir dan teringat kedua orang tuaku.Jika aku dirumah pasti Mamaku udah panik-panik dan cepet-cepet kompres badanku supaya turun demamnya. .

 

Akhirnya Dokter memanggilku, Pingkan. Namanya Dokter Anggreini, walau ia sedang hamil, tapi dia baik sekali.Aku diperiksa dan diberikan resep obat untuk diminum secara rutin.

 

 

Setelah selesai, akhirnya aku pulang kembali ke kos.Hampa.Tidak ada siapa-siapa.Dan aku lupa menghubungi kedua orang tuaku kalua aku sedang sakit. .

Mama dan Papaku khawatir. Akhirnya Papaku cerita bahwa beliau juga sempat terkena radang beberapa hari lalu. Untungnya, Mamaku segera memberikan lemon dan Papaku sudah cukup pulih sekarang.

Papaku bilang, aku harus minum lemon yang beliau minum juga, siapa tau sembuh juga. Tapi aku menolak untuk meminumnya, karena Dokter melarang aku memakan makanan yang asam juga.

 

Namun di sinilah poinnya, aku merasa sangat tidak berbakti kepada mereka. Padahal, di Al-Qur’an, Allah jelas-jelas menyuruh kita untuk wajib berbakti kepada kedua orang tua. Ada di Q.S Al-Isra ayat 23

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (QS. Al Isra: 23)

Mungkin teman-teman sudah sering mendengar bahwa, Ridha Allah terletak pada Ridha kedua orang tua. Begitu juga dengan murkanya Allah tergantung ada murkanya orang tua.

Jika diperhatikan secara seksama, kedudukan kedua orang tua kita sangat tinggi, bahkan Ridha dan murkanya Allah tergantung orang tua. Kebayang kan kalo kita ngecewain kedua orang tua sama aja kita ngecewain siapa?

Berlanjut setelah aku menolak untuk minum lemon, akhirnya aku teruskan saja minum obat dari dokternya. Qadarullah demamnya naik turun. Sehabis minum obatnya, turun. Namun setelah beberapa saat lagi kembali naik. Begitu terus hingga 2 malam berturut-turut.

Akhirnya aku memutuskan untuk minum temennya lemon, iya jeruk. Karena lemon sulit didapatkan di sini akhirnya aku membeli jeruk hangat dan meminumnya.

Alhamdulillah, ternyata manjur

Demamnya turun, batuknya mulai pulih dan radangnya tidak gatal lagi.

Nggak tahu keajaiban apa lagi yang terjadi tapi yang aku tahu saat ini adalah aku sudah menjadi anak durhaka yang gak mau dengerin apa kata orang tua

Mungkin bukan hanya masalah gen, atau keturunan atau apalah itu yang berhubungan dengan gen antara anak dan orang tua,

Tapi poinnya di sini adalah birrul walidainnya. Berbakti kepada orang tuanya. Aku sadar memang selagi masih ada kesempatan, jangan sia-siakan waktumu untuk melakukan hal yang gak penting.

Selagi mereka masih hidup, masih ada di dunia ini, kerahkan seluruh jiwa dan ragamu untuk berbakti padanya :”(

Karena mau sampai kapanpun kita berbakti, nggak bisa membalas semua yang orang tua sudah lakukan untuk kita dari kita kecil hingga sebesar ini :”(

 

Ditulis dengan penuh penyesalan dan berderai air mata

Di Kukusan, Depok.

Kamis, 2 Mei 2019

H-3 Ramadhan.



sumber  https://muslim.or.id/19126-ancaman-bagi-yang-lalai-dari-birrul-walidain.html

 

Kalau melihat dari judulnya, mungkin teman-teman berpikir bahwa aku sedang kena guna-guna, atau sedang mengalami hal-hal gaib secara tiba-tiba. Tidak sepenuhnya salah sih, aku memang mengalami hal gaib yang sebenernya jika dipikir secara logika sangat tidak masuk akal. Tapi ini terjadi sungguhan. Hal tersebut aku alami ketika sedang membaca Al-Qur’an.

               Berbicara mengenai Al-Qur’an, itu berarti kita berbicara mengenai sesuatu yang sangat luar biasa. Al-Qur’an yang kita kenal sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, memang bukan sembarang petunjuk. Bukan sembarang manual book -buku panduan penggunaan alat tertentu yang bahkan millenial saat ini sudah tidak membacanya- untuk diri kita sendiri.

 

               Bahkan Al-Qur’an juga disebut-sebut sebagai As-Syifa atau Obat. Berdasarkan Q.S Al-Isra ayat 82

 

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً
 

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

 

          Kisah ini dimulai saat hari Senin, setelah libur panjang karena Pemilu. Bagiku, yang saat ini masih menjadi mahasiswa, libur di tegah-tengah kesibukan kuliah ini merupakan anugerah dari Allah SWT yang patut disyukuri. Hari senin, sebagai permulaan hari, seharusnya aku menyambutnya dengan semangat. Aku pun memulai hari dengan niat berpuasa.

          Qadarullah, senin pagi aku terserang migrain. Aku tidak bisa bangun dari tidur karena rasa sakit kepala sebelah yang cukup mengganggu. Aku berusaha untuk mencari tau apa obatnya selain yang harus dimakan karena sedang berpuasa. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur. Singkat cerita aku tertidur selama kurang lebih 4 jam dan melewatkan satu mata kuliah dan satu waktu sholat. Setelah bangun dari tidur, aku memaksakan diri untuk berwudhu dan cepat-cepat melaksanakan sholat sebelum waktunya berakhir.

          Setelah sholat, aku berdoa kepada Allah memohon kesembuhan sakit kepala yang benar-benar mengganggu. Namun, sakit kepala itu tetap ada. Ingin rasanya berbaring kembali, tapi aku teringat ada hal yang aku lupakan hari ini: Membaca Al-Qur’an.

          Akhirnya aku memutuskan untuk membaca Al-Qur’an dengan sedikit sempoyongan. Satu lembar saja cukup, sehabis itu aku kembali ingin berbaring kembali, pikirku. Namun di tengah-tengah bacaan, rasanya aku tidak bisa berhenti hanya di satu lembar, aku melanjutkan kembali bacaannya hingga mecapai target harianku.

          Setelah selesai membaca Al-Qur’an, aku merasa ada yang aneh dengan kepalaku. Ya, benar. Sakit kepalanya hilang. Tidak sepenuhnya hilang sih, tapi setidaknya tidak mengganggu dan aku bisa berdiri dengan normal kembali.

          Ingin menangis rasanya. Kok bisa ya Al-Qur’an menyembuhkan sakit kepala? Ini sama sekali nggak masuk di logika.

          Iya memang, Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Bagiku, Al-Qur’an ini adalah bukti dan sekaligus perantara bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Sang Maha Pencipta.

 

 

Kukusan, Depok.

Senin, 22 April 2019


sumber referensi https://muslim.or.id/30346-al-quran-obat-fisik-dan-jiwa.html