Lihat postingan ini di Instagram

#time . Tulisan ini tak menjanjikan sesuatu. Jadi untuk membacanya lebih lanjut, Harus menggunakan kacamata kuda, Bahkan lebih parahnya kacamata tupai dalam kartun anak anak. . Sepertinya malam mulai membisikkan, Bahwa aku harus menuliskannya. Kemarin, aku bertemu dengan kawan di suatu perempatan. Saat itu aku sedang berjalan kaki. Kebetulan saja, sebab saat itu aku lagi menyusuri beberapa toko. Sebutlah aku mencari buroncong sachet. Temanku ini berkata padaku, "hai bro, bagaimana kabar?". Kujawab saja dengan tekanan kuat. "Jelas aku sehat, Siapa juga yang mau sakit". Aku bertanya balik kepadanya, "kamu sedang sakit yah?". Jawabnya singkat, "enak saja kamu, aku mengendarai motor ke sini jelas aku sehat". . Di depan toko tersebut, ada dua pemuda lewat, sambil cerita tentang sesuatu. Terdengar olehku beberapa bait percakapannya, "jodoh itu di tangan tuhan, tenang saja, nggak bakal kemana kok jodoh itu". Mungkin ada penjelasan lebih lanjut oleh pemuda lainnya. Saat itu aku bertanya kepada temanku. "Kamu percaya tidak jodoh itu di tangan tuhan?" Ia menjawab, "sangat aku percaya, toh kamu juga pastinya begitu". Benar aku juga percaya akan itu. . Jika kau percaya tentang jodoh di tangan tuhan, lalu apa yang akan kau lakukan? Tanyaku spontan. "Yah cukup ibadah dan berdoa kan selesai". Lantas aku menyela. "Bukanya tidak percaya sih, tapi aku selalu berdoa. ya allah tunjukkanlah jodohku, pertemukanlah aku segera?". Ia pun menjawab, "memang kamu sudah siap jika dipertemukan". "Bagiku sih siap tidak siap itu hanya persoalan kesadaran, jika kau sudah sadar dirimu seperti apa(kekurangan/kelebihan) yah pastinya kamu sudah siap". . Tapi jika aku boleh cerita ke kamu, setiap kali aku beranjak dari tempatku berdoa, aku selalu bertemu dengan perempuan berbeda, yang mana hatiku mensyaratkan bahwa dialah jodoh mu. Lantas itu bagaimana? Tanyaku. #answer "kalau aku sih yes" iapun tersenyum dan menepuk pundakku. . "Mungkin saat itu aku di perlihatkan bahwa jodoh itu nyata tanpa di cari ia akan datang dengan sendirinya". Jawabku. " Bukan, saat itu kau di perintahkan untuk berpoligami" ia tertawa sambil berlalu pergi.

Sebuah kiriman dibagikan oleh SYAFAAT MALIK (@syafaatmalik) pada