enlightenment | the spring

the spring

you can cut all the flowers but you cannot keep spring from coming. (pablo neruda)

setelah bertahun-tahun kayak perahu yang layarnya rusak, hari ini sedikit demi sedikit aku bisa menaikkan layar lagi.

 

udah hampir seminggu ini aku depresif lagi. nangis terus, waktu tidur semakin ngga jelas, pusing dan ngga bisa ngapa-ngapain. aku masih menulis kesedihan-kesedihan yang sama yang sebenarnya udah pernah aku tulis sejak 2018 atau bahkan lebih lama. yang juga berarti, apa yang kupermasalahkan dalam fase-fase depresi ini masih belum ada penyelesaiannya. pertanyaan-pertanyaan "kenapa", "kapan", dan "untuk apa" yang aku tulis dari dulu sampai sekarang masih belum menemukan jawaban-jawabannya. aku masih ingin hidupku berubah dan hidupku masih juga belum berubah-berubah. di jurnal tadi aku nulis "ini titik aku merasa sangat capek" tapi di jurnal yang sama beberapa bulan sebelumnya aku juga pernah nulis aku sangat capek. intinya adalah, belum ada yang berubah. ngga ada yang berubah. hidupku masih digini-giniin aja sama Allah SWT.

 

yang membuat breakdown kali ini beda dari sebelum-sebelumnya adalah aku lari ke Quran.

 

agak memalukan ya, aku lari ke Quran ketika bener-bener udah ngerasa sangat hopeless dan capek dan hidup segan mati tak mau. kenapa ngga dari awal, sach? ngga tahu juga. selama beberapa tahun terakhir ini layar perahuku ngga terkembang dengan benar. aku beribadah ya beribadah aja, sekadar memenuhi kewajiban. jauh di dalam sana aku masih selalu menyimpan keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi entah kenapa aku selalu menunda-nunda. mungkin karena jauh di dalam sana juga aku agak merasa mempertanyakan kepercayaanku pada Allah SWT. aku meragukan Allah SWT dan merasa Allah SWT mungkin jahat sama aku karena dari bertahun-tahun yang lalu sampai sekarang sesuatu yang kuanggap sangat kubutuhkan ngga kunjung dikasihin ke aku, betapa pun aku memintanya, betapa pun aku merasa aku membutuhkannya. rasanya tu bener-bener kayak udah kelaparan banget dan minta segenggam beras untuk kumakan sebagai nasi, sebagai pertolongan untukku, tapi sama Allah SWT ngga pernah dikasih. jadi bingung sama Allah SWT ngga sih kalau kayak gitu? jadi pengin marah dan menuntut penjelasan ngga? sebagai manusia biasa yang berlumur dosa, i can't help but feel dispirited. tentunya aku tetap berusaha agar sabar, sabar, dan sabar, karena Allah SWT mungkin sedang mempersiapkan aku dan baru akan mengabulkan permintaanku ketika menurut-Nya aku udah siap. tapi aku sering banget merasa "kelaparan" banget dan rasanya pengin mati dan tetep aja permintaanku ngga dikabulkan.

 

orang bilang, depresi tu bukan karena imannya lemah atau kurang. tapi aku pribadi sejujurnya merasa keimananku ada hubungannya sama depresiku. aku merasa kurang deket sama Allah SWT, jadi keinginan-keinginanku untuk lepas dari lubang penderitaan ini ngga kunjung dikabulkan. itu perasaan yang aneh, tapi entahlah.

 

dua hari terakhir ini, aku akhirnya cari bantuan ke Quran. nge-search "surah Quran for depression". tadi entah kenapa timing-nya pas banget, lagi yutuban tiba-tiba ada video Widia Mansur yang "Cara Agar Impian Kita Tercapai" dan ada panduan apa aja di situ yang mesti aku lakukan agar doa-doaku lebih didengar oleh Allah SWT. rasanya kayak ........ dengan video itu, Allah SWT menyambutku.

 

tinggal aku konsisten apa engga aja merapalkan doa-doa itu. Ad-Duha, Al-Insyirah, dan laa haula walaa quwwata illaabillahil 'aliyil adzhim. dan memperbanyak zikir. dan memperbanyak tadarus + baca terjemahannya. dibanyakin aja itu semua pokoknya.

 

semangat, sachi. semoga suatu saat nanti aku bisa ngepost tulisan yang mengungkapkan semua doa itu ada hasilnya, dengan kata lain Allah SWT akhirnya mengabulkan permintaanku. semoga semoga semoga semoga semoga semoga.